Penderita maag sering mengeluhkan nyeri perut saat terlambat makan. Namun, pada saat berpuasa, perut akan kosong selama lebih dari 12 jam. Hal ini menjadi pertanyaan yang sering ditanyakan oleh pasien saat berkonsultasi dengan dokter.
Tidak semua penderita maag atau dalam bahasa kedokteran disebut dispepsia disarankan untuk berpuasa. Pasien harus mengetahui jenis dispepsia yang dialaminya sebelum dinyatakan aman berpuasa. Terdapat 2 jenis dispepsia, yakni dispepsia fungsional dan dispepsia organik. Dispepsia fungsional adalah penyakit dispepsia yang tidak ditemukan kelainan organ saluran cerna bagian atas setelah pemeriksaan lanjut. Dispepsia ini biasanya muncul bila penderita makan tidak teratur, makan makanan berlemak, minuman bersoda, stres, dan rnerokok. Sementara itu, dispepsia organik adalah dispepsia yang ditandai dengan ketidaknormalan pada saluran cerna baik seperti tukak lambung, tukak usus duabelas jari, GERD (gastroesophageal reflux disease) atau kanker.
Pasien dengan dispepsia fungsional disarankan untuk berpuasa karena mampu memperbaiki fungsi lambung. Berpuasa akan memperbaiki pola makan pasien sehingga dapat memperbaiki kondisi lambungnya. Pasien dengan dispepsia organik harus berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum berpuasa.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pasien dispepsia selama berpuasa. Bila dalam periode berpuasa terjadi tanda dan gejala seperti muntah darah atau buang air besar hitam yang menandakan perdarahan lambung, pasien tidak diperbolehkan puasa. Selain itu, pasien yang muntah berulang, muntah setiap kali makan, atau gangguan menelan hingga menimbulkan penurunan berat badan secara drastis tidak dianjurkan berpuasa.
Selama berpuasa, pasien juga tetap harus mengonsumsi obat-obatan. Penggunaan obat penekan asam lambung dapat mengurangi rasa tidak nyaman pada pasien. Penggunaan antasida tidak dapat mencegah terjadinya maag dan tidak dapat mencegah terjadinya rasa tidak nyaman. Obat golongan ini hanya menghilangkan gejala nyeri saja sehingga penggunaannya sebaiknya dikonsumsi bila terdapat gejala tidak nyaman di ulu hati.
Selama berpuasa, penderita dispepsia harus menghindari konsumsi beberapa jenis makanan dan minuman yang banyak mengandung gas seperti makanan berlemak, sawi, kol, nangka, buah yang dikeringkan, dan minuman bersoda. Selain itu pasien juga harus menghindari kopi, minuman berenergi, dan susu full cream karena merangsang pengeluaran asam lambung; cuka, makanan pedas, dan merica karena secara langsung merusak dinding lambung; cokelat, makanan berlemak, dan gorengan karena melemahkan klep kerongkongan bawah.
Pasien harus tetap melaksanakan sahur dan berbuka saat berpuasa. Untuk mencegah dehidrasi, pasien disarankan untuk minum air hingga 2 liter per hari selama waktu makan. Tidur 6-8 jam sehari merupakan waktu istirahat yang cukup dan pikiran juga perlu dijaga agar tidak mudah stres. Pasien disarankan untuk tidak langsung tidur setelah makan.
Pola makan yang sehat selama puasa akan menunjang kelancaran Anda berpuasa.
Kami harap Anda sehat senantiasa. Selamat berpuasa.
Sumber : Harian Kompas Minggu, 3 Juni 2018
Dapatkan info kesehatan RS St. Carolus di Harian KOMPAS setiap hari Minggu