SERING lupa di mana menaruh barang atau nama sanak saudara? “Ah, namanya juga sudah tua, itu wajar.” Hati-hati, jangan anggap remeh, itu mungkin gejala demensia alzheimer.
Demensia merupakan kumpulan gejala penurunan fungsi intelektual yang cukup berat hingga dapat mengganggu aktivitas hidup keseharian dan perubahan perilaku yang tidak disebabkan gangguan kejiwaan atau gangguan kesadaran. Demensia memiliki beragam subtipe yang dibedakan berdasarkan proses terjadinya penyakit tersebut. Demensia alzheimer merupakan sub-tipe demensia yang paling sering ditemukan. Penyakit ini disebabkan akibat adanya timbunan plak β-amiloid (beta-amiloid) dan protein tau di otak yang bersifat merusak sel-sel saraf otak.
Gejala demensia dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu gangguan kognisi dan non-kognisi. Umumnya pada pasien dengan demensia alzheimer akan tampak gangguan dari kedua kelompok gejala tersebut secara bersamaan. Gangguan kognisi atau berpikir pada pasien dengan alzheimer menyebabkan gangguan memori, baik jangka pendek maupun lama. Keluhan ini tampak sebagai disorientasi lingkungan yang relatif baru atau bahkan di sekitar rumah, kesulitan mengambil keputusan, dan kesulitan dalam pekerjaan sehari-hari. Gangguan non-kognisi alzheimer meliputi berbagai komponen baik dari perilaku yang berubah menjadi lebih gelisah atau agresif, wandering atau menjelajah tanpa arah, hingga gangguan motorik yang bermanifestasi sebagai kesulitan berjalan, berbicara cadel, dan gangguan pergerakan halus seperti misalnya mengancingkan baju atau menggunakan peralatan makan.
Gejala yang paling penting diperhatikan adalah gangguan kognisi ringan (mild cognitive impairment/MCI) yang muncul pada tahap awal perkembangan penyakit alzheimer. MCI merupakan fase transisi gangguan kognisi antara proses penuaan normal dan demensia alzheimer (pre- demensia). Pengenalan dini dan terapi aktif pada fase penurunan ini dapat membantu menunda kebutuhan perawatan khusus. Kriteria diagnosis MCI antara lain adanya keluhan memori tersebut disertai dengan hasil pemeriksaan kognisi abnormal sesuai dengan usia dan tingkat pendidikan. Pemeriksaan kemudian akan dilakukan lebih lanjut dengan bantuan biomarka cairan otak dan pencitraan sesuai indikasi untuk mempelajari stadium MCI.
Terdapat beberapa faktor risiko yang tidak dapat diubah berkontribusi terhadap demensia, seperti usia, jenis kelamin, dan genetik. Berdasarkan Panduan Praktik Klinik Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia, penyakit hipertensi, diabetes melitus, kadar kolesterol tinggi, dan stroke merupakan kondisi yang dapat meningkatkan risiko demensia. Pencegahan demensia alzheimer dengan perubahan gaya hidup sangat penting, di antaranya penghentian merokok dan konsumsi alkohol, menjaga gizi seimbang disertai buah dan sayur, olahraga setidaknya 150 menit per minggu dengan intensitas sedang seperti misalnya bersepeda atau berjalan cepat. Kegiatan mental dan sosial pun harus diperhatikan, antara lain membaca, mempelajari bahasa baru, bermain alat musik, berpartisipasi dalam kegiatan komunitas dan menjaga kehidupan sosial yang aktif.
Tidak mudah mengenali gejala awal alzheimer, namun hal itu berperan penting mencegah perburukan kondisi. Pikun bukan merupakan bagian penuaan yang normal. Ingatlah tanda-tanda alzheimer dan segera konsultasikan dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lengkap serta rencana terapi. Kami harap Anda sehat senantiasa.