Gangguan Psikosomatik (Bagian 2)

Oleh: dr. Luky Thiehunan, SpKJ

LEWAT kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah banyak diketahui bahwa ada area di otak yang mengatur emosi dan memengaruhi berbagai sistern tertentu di tubuh. Area yang mengatur emosi disebut "sistem  limbik". Pada area tersebut, terdapat amygdala, organ yang berperan dalam mencetuskan sinyal rasa takut. Selain itu, terdapat zat-zat kimia di otak yang berperan dalam komunikasi antar sel saraf yang disebut "neurotransmiter".

Amygdala berperan dalam pembentukan memori yang bermakna secara negatif, dengan tujuan melepaskan individu dari bahaya dan agar mencegah peristiwa tersebut tidak terulang lagi. Dengan demikian, organ ini berperan sebagai "alarm" tanda bahaya. Seseorang yang memiliki amygdala yang sensitif (hiperaktif) akan cenderung mengingat hal-hal buruk yang pernah terjadi dalam hidupnya dibanding hal-hal yang baik. Akibatnya, individu tersebut akan menjadi waspada dan berusaha menghindarinya. Sensasi yang dirasakan berupa perasaan cemas dan takut, bahkan marah. Karena perasaan tersebut membuat individu merasa tidak nyaman, ia akan berusaha menghindari apa pun yang bisa mencetuskan "alarm" tersebut. Efek negatif yaitu peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, peningkatan sekresi asam lambung, dan sebagainya.

Sementara itu, serotonin adalah salah satu zat kimia di otak (neurotransmiter) yang berperan dalam mengatur kondisi emosi seseorang agar tetap stabil. Jika individu mengalami stres secara terus-menerus, lambat laun produksi serotonin akan berkurang membuat individu lebih rentan terhadap stres. Jika serotonin seseorang sangat rendah, stres yang kecil pun akan dirasakan hebat dan akan memengaruhi emosinya secara negatif. Amygdala akan menjadi lebih sensitif dan akan lebih mudah mencetuskan gejala-gejala somatik. Kadar serotonin yang rendah akan membuat individu menjadi lebih rentan jatuh ke dalam kondisi depresi.

Penanganan gangguan psikosomatik

Dokter yang berpengalaman akan mengetahui bahwa gejala yang dialami seseorang adalah gejala psikosomatik dan akan melakukan konsultasi dengan psikiater. Terapi yang dilakukan oleh psikiater meliputi psikoterapi (psikoedukasi, latihan relaksasi, terapi kognitif dan perilaku, imajeri, logoterapi, dan sebagainya) dan farmakorerapl (pemberian obat). Manfaat pemberian obat bisa ditanyakan langsung ke dokter Anda.

Kombinasi penggunaan obat dan psikoterapi umumnya memberikan hasil yang lebih baik dibanding hanya salah satu metode saja. Meskipun demikian, ada kemungkinan seseorang hanya memerlukan psikoterapi saja. Yang perlu diingat adalah gejala psikosomatik sangat berkaitan erat dengan bagaimana individu menggunakan pikirannya secara sehat sehingga ia mampu mengendalikan perasaan cemasnya. Dengan demikian, individu dapat hidup dengan lebih nyaman dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik.

Mari, kenali dan obati gangguan psikosomatik Anda serta keluarga yang Anda sayangi agar Anda  dan keluarga bisa menikmati kehidupan yang lebih produktif dan berkualitas. Untuk informasi selanjutnya, silakan berkonsultasi dengan dokter Anda. Semoga Anda sehat senantiasa.

Layer_1(11)
Reservasi
Layer_1(11)
Reservasi

You cannot copy content of this page

Scroll to Top
Chat WhatsApp
1
Butuh Bantuan?
Halo Sahabat Sehat Carolus 🥰

Terima kasih atas kepercayaannya terhadap RS St. Carolus. Kami selalu berkomitmen untuk terus memberikan pelayanan yang berkualitas, dokter & tenaga medis profesional serta, fasilitas lengkap & canggih.