Banyak orang tua yang memimpikan memiliki anak kembar. Membayangkan anak tersebut nanti akan dipakaikan baju yang sama saat pergi bersama keluarga. Pasti terlihat sangat menggemaskan sekali. Namun, sayangnya tidak semua orang tua bisa mewujudkan impiannya karena ternyata memiliki anak kembar bisa dipengaruhi banyak faktor. Yuk, cari tahu informasi lebih lanjut mengenai anak kembar serta faktor penentunya dalam artikel ini!
Bagaimana Proses Terbentuknya Anak Kembar
Proses terbentuknya anak kembar akan menentukan jenis kembar yang dihasilkan, apakah kembar identik atau kembar fraternal. Berikut penjelasan lebih lengkapnya.
Kembar Identik
Kembar identik terjadi ketika satu sel telur, yang dibuahi oleh satu sperma, membentuk satu zigot, yang kemudian mengalami pembelahan menjadi dua embrio yang secara genetik identik. Kembar ini memiliki jenis kelamin yang sama dan juga fisik yang sama persis karena berasal dari sel telur yang sama. Berdasarkan proses pembelahan embrio, kembar ini dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
- Embrio terbelah sebelum implantasi.
Pada kembar ini, masing-masing embrio akan berkembang dalam kantong kehamilan serta plasenta yang terpisah. Kembar seperti ini terjadi sekitar ⅓ dari kehamilan kembar identik.
- Embrio terbelah tidak lama setelah implantasi.
Pada kembar ini, masing-masing embrio berkembang dalam kantong kehamilan yang berbeda tapi saling berbagi plasenta. Kembar seperti ini terjadi sekitar ⅔ dari total kehamilan kembar identik.
- Embrio terbelah setelah lama dari proses implantasi.
Pada kembar ini, masing-masing embrio berkembang menjadi lebih dari satu janin yang saling berbagi kantong kehamilan dan plasenta yang sama. Kembar ini sangat jarang sekali terjadi dibandingkan dengan kembar identik lainnya.
Kembar Fraternal
Sebaliknya, kembar fraternal terjadi ketika dua sel telur yang terpisah dibuahi oleh dua sperma yang berbeda, sehingga memiliki plasenta yang berbeda pula. Secara genetik, kembar fraternal memiliki kesamaan genetik sekitar 50% sehingga dapat memiliki penampilan fisik yang cukup berbeda, bahkan lebih sering memiliki jenis kelamin yang berbeda dan terlihat seperti kakak beradik alih-alih anak kembar.
Faktor-Faktor yang Menentukan Kehamilan Anak Kembar
- Genetik.
“Keturunan” adalah faktor utama yang membuat seorang perempuan dapat mengandung anak kembar. Pasalnya, DNA hiperovulasi, yaitu situasi di mana tubuh perempuan melepaskan dua atau lebih sel telur selama ovulasi, dapat diturunkan dari gen ibu maupun ayah.
- Usia.
Perempuan yang mengandung di atas usia 35 tahun memiliki peluang hamil anak kembar yang lebih tinggi. Ini disebabkan oleh perubahan hormon mendekati masa menopause yang dapat mendorong tubuh melepaskan lebih dari satu sel telur selama ovulasi.
- Berat badan.
Perempuan dengan indeks massa tubuh (IMT) di atas 30 berpeluang lebih tinggi untuk hamil anak kembar. Namun, Anda tidak disarankan untuk sengaja menambah berat badan agar bisa hamil anak kembar.
- Pola makan.
Sebuah studi analisis menemukan bahwa perempuan non-vegan (yang mengonsumsi produk susu) memiliki peluang hamil anak kembar lima kali lebih besar dibandingkan dengan mereka yang vegan. Ini terjadi karena perempuan vegan tidak mendapatkan faktor pertumbuhan insulin ekstra dari susu sapi yang dapat memengaruhi reproduksi manusia.
Komplikasi Anak Kembar
Memiliki anak kembar memang terlihat menyenangkan. Namun, ternyata kehamilan ini mengandung risiko yang lebih besar dibandingkan dengan kehamilan satu janin atau bukan anak kembar. Berikut ini adalah beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan dengan anak kembar:
1. Sindrom Tranfusi Antar Janin
Kondisi ini umumnya terjadi pada kehamilan kembar yang berbagi plasenta. Penyebabnya, karena ada hubungan pembuluh darah di antara keduanya, sehingga aliran darah bisa tidak seimbang, akibatnya satu janin mendapat lebih banyak darah (penerima) dan yang lain lebih sedikit (pendonor). Janin donor rentan mengalami gangguan pada perkembangannya, sehingga ukurannya lebih kecil. Sementara janin penerima, rentan mengalami tekanan dan terlalu banyak cairan ketuban.
2. Anemia dan Polisitemia Antar Janin
Kondisi ini juga rentan dialami kehamilan kembar yang berbagi plasenta. Penyebabnya adalah terbentuknya pembuluh darah kecil di antara plasenta dan janin. Dampaknya, janin pendonor dapat berisiko mengalami anemia karena aliran darah yang terhambat. Sementara janin penerima rentan mengalami kadar darah yang tinggi dan menyebabkan tekanan berlebih pada jantung.
3. Preeklamsia
Preeklamsia merupakan komplikasi yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada ibu hamil dan dapat disertai dengan adanya protein dalam urine. Kondisi ini bisa terjadi pada kehamilan dengan satu janin, tetapi risikonya semakin meningkat pada kehamilan kembar.
4. Solusio Plasenta
Solusio plasenta adalah kondisi di mana plasenta terlepas dari rahim dan menyebabkan terganggunya aliran darah ke dalam janin. Hal ini bisa berdampak besar pada perkembangan dan kesehatan janin, karena janin tidak mendapatkan oksigen serta nutrisi yang cukup. Sama halnya dengan preeklampsia, solusio plasenta juga bisa terjadi pada semua kehamilan, tetapi risikonya meningkat pada kehamilan kembar.
Semua jenis kehamilan, baik kembar atau bukan, membutuhkan pemantauan rutin untuk memastikan janin berkembang dengan baik. Namun, pada kehamilan kembar, pemeriksaan serta pemantauan perlu dilakukan lebih intensif karena risiko komplikasi yang semakin meningkat.
Bagi Anda yang saat ini sedang hamil, baik anak kembar maupun bukan, bisa memeriksakan kehamilan Anda ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan di Rumah Sakit St. Carolus. Memeriksakan kehamilan secara teratur dapat membantu Anda mendeteksi adanya masalah pada kehamilan, sehingga bisa segera diambil langkah pengobatan yang tepat untuk meminimalkan risiko yang tidak diinginkan. Jadi, pastikan untuk rutin memeriksakan kehamilan Anda ya.