DERAJAT III: Pembuluh darah abnormal di sekitar retina sangat banyak, sehingga menutupi retina umumnya memerlukan tindakan agar retina tidak semakin rusak dengan penanganan yang tepat dan intensif.
Derajat IV: Kondisi ini sudah berat, yaitu retina sudah ada yang lepas (ablatio retina), harus segera mendapatkan penanganan meskipun kadang tidak mudah karena kondisi bayi yang prematur sangat risiko tinggi untuk bisa dilakukan banyak tindakan.
Derajat V: Kondisi yang paling berat, yaitu retina mata sudah terlepas sepenuhnya sehingga kebutaan bisa permanen.
Penentuan derajat berdasarkan pemeriksaan retina, di mana pupil mata akan dilebarkan dulu dengan obat tetes midriasis sehingga seluruh bagian dalam bola mata bisa diperiksa.
Lalu, kondisi yang bagaimana yang harus dilakukan skrining?
– Bayi prematur yang usia gestasi < 34 minggu dan/atau berat lahir <= 1.500 gram.
– Semua bayi prematur yang tidak pasti usia gestasinya.
– Bayi yang lahir dengan infeksi dan kelainan bawaan.
Pemeriksaan juga dilakukan berkala sejak usia bayi 30 hari dan diikuti tiap minggu. Hal ini penting dilakukan agar dokter dapat mendeteksi dan mengevaluasi kondisi mata bayi. Jika terlambat ditangani atau semakin parah, ROP dapat menyebabkan bayi terkena berbagai kelainan yang permanen, seperti ablasi retina, minus tinggi, mata juling, amblyopia (mata malas), dan glaukoma.
Pengobatan ROP
Meskipun ROP stadium I, stadium II, dan stadium III dapat pulih seiring bertambahnya usia bayi, kondisi ini tetap perlu diperiksa dan dipantau secara rutin oleh dokter mata. lni karena bisa saja yang awalnya masih derajat II, berubah menjadi derajat lebih berat atau muncul tanda yang lebih berat. ROP dengan derajat yang sudah parah, penanganan perlu segara dilakukan untuk menyelamatkan indra penglihatan bayi.
Beberapa langkah penanganan ROP tersebut meliputi terapi laser, krioterapi, penyuntikan obat ke dalam bola mata, dan operasi vitrektomi. Tentu tindakan ini masih terbatas hanya bisa dilakukan rumah sakit besar dan tentunya tetap mengutamakan kondisi klinis bayi.
Sebagai penutup, edukasi para ibu hamil untuk bisa mencegah terjadinya risiko kelahiran prematur tentu adalah mutlak. Selain itu, jika ada kelahiran prematur, prosedur pemeriksaan rutin bagi bayi prematur juga penting walaupun kadang karena kondisi kritis dari bayi prematur yang belum stabil menyebabkan tidak mudah untuk dilakukan pemeriksaan retinanya. Selain itu, tantangan lain di negara kita yaitu belum meratanya sarana kesehatan dan dokter mata subspesialis retina yang bisa melakukan skrining ROP dan penanganannya. Mari, kita siapkan generasi bangsa yang sehat salah satunya mencegah terjadinya ROP.
Semoga Anda sehat senantiasa.