MENCEGAH meluasnya Pandemi Covid-19, mengharuskan semua orang untuk melakukan physical distancing dengan belajar, beribadah dan bekerja di rumah. Penggunaan gadget sebagai sarana belajar, bekerja, dan bahkan beribadah menjadi lebih intens. Mata menjadi indra utama dalam kegiatan ini. Mari kita lihat, apa saja yang bisa mengganggu kesehatan mata dan bagaimana menjaganya selama kita harus stay at home.
Mulai dari hindarilah menyentuh daerah wajah, terutama mata, hidung dan mulut jika tangan kita belum cuci tangan dengan benar. Ingat cuci tangan dengan benar, yaitu dengan sabun, air mengalir, dan 6 langkah cuci tangan, akan menghilangkan risiko virus korona dari tangan masuk ke tubuh kita melalui hidung, mulut dan mata. Kenapa mata juga bisa menjadi tempat masuknya virus korona? Struktur organ mata memiliki saluran yang terhubung dengan rongga hidung, letaknya di sudut mata yang tengah. Jika tangan kotor menyentuh mata, virus bisa ikut aliran air mata dan melalui saluran tadi memasuki tubuh kita. Oleh karena itu, hindari menyentuh mata dan sekitarnya, apalagi mengucek mata.
Penggunaan gadget yang intens saat stay at home, sering dikeluhkan menyebabkan mata terasa perih, merah, kabur, pusing, nyeri leher dan punggung bahkan ada yang sampai mual dan muntah. Inilah kumpulan gejala yang disebut digital eye strain (DES). Faktor utama terjadinya DES ternyata adalah berkurangnya frekuensi berkedip dan lamanya waktu memakai gadget. Berkedip yang normal berkisar 15–20 kali per menit. Saat berkedip akan disapukan air mata yang dihasilkan kelenjar-kelenjar di kelopak mata. Mekanisme ini akan melindungi kornea dari debu, kotoran, kelembaban kornea dan juga membantu dalam mekanisme melihat.
Saat memakai gadget, terapkan “rule 20 20 20”, yaitu saat menggunakan gadget setiap 20 menit, istirahat 20 detik untuk melihat yang jauh sekitar 20 feet (sekitar 6 meter). Untuk berhenti sejenak tiap 20 menit bisa kita buat strategi misalnya memakai timer. Melihat jauh, bisa dengan melihat keluar dari jendela atau melihat benda atau sudut ruangan yang jaraknya sekitar 6 meter.
Ada beberapa hal yang juga bisa mengurangi munculnya gejala DES. Posisi gadget yang ergonomis, misalnya posisi tepi atas laptop atau komputer eye level, jarak mata dengan gadget 35-50 cm. Pencahayaan yang sumbernya dari atas akan mengurangi glare (silau), dengan ilumination minimal 300 lux sekitar 20 W. Refleksi pada layar harus diminimalkan akan mempercepat kelelahan mata. Mengatur setting layar, seperti brightness, font size, color temperatur dan night mode. Mengaktifkan blue light filter atau memakai filter dilayar juga dianjurkan. Sementara itu, lama penggunaan gadget sampai sekarang belum didapat. Yang pasti, disarankan tidak lebih dari 2 jam. Namun, munculnya gejala DES biasanya terjadi setelah menggunakan gadget lebih dari 4 jam.
Bagi yang memakai kacamata, gunakanlah saat memakai gadget agar mata bisa fokus dengan baik dan tidak cepat lelah. Bila memakai kacamata malah menjadi tidak nyaman, pusing, sebaiknya cek kembali ukuran kacamata. Bila masih ada keluhan melihat ganda atau tidak nyaman, bisa diakibatkan karena terjadi semacam juling sesaat. Saat mata dipakai melihat dekat seperti melihat gadget, akan terjadi konvergensi yaitu mata terfokus ke tengah. Jika terjadi dalam jangka panjang akan terjadi kelelahan otot-otot mata sehingga penglihatan terasa ganda. Tentu ini biasanya tidak permanen. Hal ini akan bisa dideteksi dalam pemeriksaan oleh dokter mata dan bisa diterapi.
Yang terakhir dan tidak kalah penting adalah nutrisi yang akan memelihara fungsi penglihatan. Nutrisi bagi mata tidak melulu dari vitamin A, tetapi juga butuh vitamin C, vitamin B, ada juga anti oksidan, lutein, omega 3, zeaxanthin. Semua itu bisa dapat dalam buah dan sayur seperti wortel, brokoli, bayam, bluberi, jeruk, juga telur dan ikan salmon. Jadi, jangan lupa untuk menjaga kesehatan mata saat stay at home. Salam sehat dan stay at home.