Manusia makan untuk menghilangkan rasa lapar. Namun, ada sebagian dari kita yang makan demi mencari kenyamanan atau berlari dari ketidaknyamanan. Dalam dunia medis, hal ini dikenal sebagai emotional eating. Yuk, cari tahu lebih lanjut mengenai emotional eating beserta cara mengatasinya dalam kelanjutan artikel ini.
Apa Itu Emotional Eating?
Emotional eating atau kadang kala disebut stress eating merupakan fenomena ketika seorang individu menggunakan makanan untuk membuat perasaannya terasa lebih baik, alih-alih untuk menghilangkan rasa lapar.
Sayangnya, emotional eating justru tidak akan menyelesaikan masalah emosional yang sedang dirasa. Bukannya menyembuhkan, kebiasaan ini mungkin malah akan menimbulkan perasaan bersalah karena sudah makan berlebihan.
Tanda dan Penyebab Emotional Eating
Emotional eating biasanya ditandai dengan rasa lapar yang muncul secara tiba-tiba, rasa ingin mengonsumsi makanan tertentu, hasrat makan tanpa disadari, rasa tidak kenyang meski perut sudah penuh, dan juga rasa menyesal atau bersalah setelah banyak makan.
Sementara itu, kebiasaan emotional eating terjadi lantaran beberapa faktor penyebab yang membuat seseorang merasa harus mencari dan menghabiskan makanan agar perasaannya kembali tenang. Beberapa di antaranya adalah:
- Stres. Saat stres atau merasa tertekan, tubuh akan memproduksi hormon stres (atau kortisol) dalam jumlah yang tinggi. Hormon ini secara alamiah akan memicu keinginan untuk mengonsumsi makanan asin, manis, gorengan, atau makanan-makanan yang memberikan energi berlebihan dan kenikmatan. Alhasil, semakin tinggi tingkat stres seseorang, maka akan semakin besar juga ia mencari makanan sebagai pelarian emosional.
- Memendam emosi. Selain stres, individu yang terbiasa memendam emosi juga cenderung akan mencari makanan untuk memendam atau “menekan” emosi tidak nyaman yang sedang dirasa. Emosi-emosi ini termasuk rasa marah, takut, sedih, cemas, sepi, dendam, sampai rasa malu.
- Rasa bosan atau hampa. Emotional eating juga bisa terjadi ketika seseorang merasa harus melakukan sesuatu untuk menghilangkan rasa bosan atau hampa dalam dirinya. Sebab dengan melakukan aktivitas makan, perasaan bosan atau hampa yang sedang dialami dapat teralihkan.
- Kebiasaan saat kecil. Kebiasaan-kebiasaan makan tertentu yang biasa dilakukan semasa kecil juga dapat memicu emotional eating. Contohnya adalah kebiasaan mendapatkan makanan manis atau lebih mewah ketika berhasil melalui sebuah pencapaian, yang dapat terbawa hingga dewasa.
- Pengaruh sekitar. Makan bersama teman, keluarga, atau kerabat mungkin akan menghindarkan seseorang dari rasa sepi. Di sisi lain, ketersediaan makanan di atas meja dapat memicu emotional eating, yang membuat seseorang terus makan meski mungkin sudah kenyang.
Cara Mengatasi Emotional Eating
Adakah cara untuk mengatasi kebiasaan emotional eating? Jawabannya ada. Jika Anda atau kerabat memiliki kecenderungan emotional eating, berikut beberapa cara yang bisa dicoba untuk mengatasi kebiasaan ini:
- Temukan pemicu utamanya. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, stress eating atau emotional eating dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk itu, cara pertama buat menghentikan kebiasaan emotional eating adalah dengan menemukan apa pemicu utamanya. Jika sudah mengetahuinya, Anda perlu mencoba untuk mencari solusinya.
- Makan makanan bergizi. Cara kedua bisa Anda lakukan dengan mengutamakan opsi makanan-makanan bergizi ketika Anda merasa lapar atau ingin makan sesuatu. Sebagai rekomendasi, Anda bisa memilih makanan tinggi serat, protein, dan lemak sehat, seperti kacang-kacangan, buah-buahan, yoghurt, atau telur. Selain itu, Anda juga perlu menghindari mengonsumsi makanan manis dan berlemak.
- Latih mindful eating. Mindful eating atau makan dengan kesadaran penuh merupakan praktik makan dengan perhatian dan apresiasi penuh terhadap makanan yang tersaji di atas piring. Secara spesifik, mindful eating termasuk memerhatikan aroma, tekstur, hingga rasa makanan yang sedang dikonsumsi. Jangan lupa juga untuk memerhatikan porsi camilan maupun makanan utama agar tidak berlebihan.
- Olahraga. Melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga juga dapat menurunkan kadar hormon stres di dalam tubuh, termasuk hormon kortisol dan adrenalin. Di luar itu, berolahraga juga dapat memicu produksi hormon endorfin, yaitu hormon yang memperbaiki mood dan mengatasi stres.
Demikianlah ulasan tentang emotional eating, mulai dari pengertian, tanda, penyebab, hingga cara mengatasinya. Apabila Anda, keluarga, atau kerabat memiliki kecenderungan emotional eating atau ingin menyelesaikan masalah ini dengan bantuan medis, Anda dapat melakukan konsultasi dengan Dokter Spesialis Gizi Klinik atau juga Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa di rumah sakit umum Jakarta RS St. Carolus. Kedua dokter spesialis ini akan membantu individu dengan kebiasaan emotional eating menggunakan pendekatan holistik.

