BEBERAPA waktu terakhir, ada beberapa pasien laki-laki usia remaja atau dewasa muda (dewasa awal) datang dengan keluhan terlambat pubertas. Keluhannya mirip-mirip. Laki-laki usia sekitar 17-18 tahun datang dengan ukuran penis kecil, belum mimpi basah, penis tidak ereksi, suara masih kecil (cempreng), badan pendek, serta belum tumbuh rambut kumis, janggut, ketiak, atau kemaluan (pubis). Kalau digali lebih jauh, pasien ada yang mengatakan belum merasakan ketertarikan dengan lawan jenis atau ada yang sudah, tapi rnasih belum yakin dengan perasaannya. Ada pasien lain yang mengatakan dirinya berbeda dari teman-teman sebayanya yang sudah tampak lebih laki-laki dibandingkan dirinya.
Melalui teknik wawancara medis (kita sebut sebagai anamnesis) yang baik dan teliti, kita bisa menggali lebih jauh kapan keluhan-keluhan ini disadari pasien atau orangtuanya, juga semua perkembangan seksual sekunder (pubertas) yang belum dialami oleh pasien tersebut. Selanjutnya, dokter akan melakukan pemeriksaan jasmani yang teliti terhadap wajah, leher, rambut-rambut di semua tempat, dada, otot, hingga kemaluan pasien yaitu keberadaan dan ukuran testis atau buah pelir, serta bentuk, panjang, dan ukuran penis. Ada alat yang dipakai untuk mengukur testis dan penis, yaitu orkidometer dan pita pengukur [meteran]. Dari sini, kita akan laporkan kepada pasien dan keluarga apakah terdapat kelainan atau tidak.
Bila dicurigai adanya kelainan yang kita biasa sebut hipogonadisme, kita perlu melanjutkan ke berbagai pemeriksaan laboratorium hormon. Beberapa hormon yang akan diperiksakan adalah testosteron (hormon laki-laki yang diproduksi di testis), dan hormon seksual di hipofisis (struktur organ endokrin di otak) yaitu FSH dan LH. Kalau kelainannya dari testis (dari alat kelaminnya), kadar testosteron akan turun, tetapi kadar FSH dan LH akan meningkat. Sebaliknya, bila kelainannya ada di hipofisis (otak), testosteron akan turun disertai dengan penurunan kadar FSH dan LH. Bila kelainannya di kepala, kita akan menyarankan pemeriksaan MRI hipofisis untuk mengetahui apakah ada tumor atau kelainan yang rerjadi di sana.
Keterlambaran pubertas pada laki-laki dapat diobati dengan terapi pengganti hormon. Pada gangguan di hipofisis, untuk menjaga pembentukan sperma dan fungsi fertilitas (kesuburan), terapi menggunakan pengganti hormon hipofisis (choriogonadotropin a!fa) dapat menjadi pilihan. Pemberian yang tepat dan dosis yang terukur akan memberikan perbaikan pada fungsi hormon hipofisis (LH dan FSH), selanjutnya akan meningkatkan kadar testosteron. Pasien yang mendapatkan terapi ini akan menunjukkan perkembangan seksual sekunder dan mengejar pubertasnya dalam beberapa bulan. Konsultasikan kepada dokter spesialis penyakit dan dokter spesialis penyakit dalam subspesialisasi endokrinologi (ahli hormon) untuk gangguan ini. Semoga kita sehat senantiasa.