BAGAIMANA penanganan lebih lanjut untuk kondisi cubital tunnel syndrome? Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan menanyakan gejala, memeriksa faktor risiko, riwayat penyakit, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari, kemudian akan melakukan pemeriksaan fisik untuk mengonfirmasi saraf ulnaris yang mengalami penekanan (Tinel's test).
Dokter juga akan memeriksa dengan saksama apakah saraf ulnaris masih berada di tempatnya atau telah bergeser dari posisi normal saat menekuk siku (snapping), lalu dokter akan menggerakkan leher, bahu, siku, dan pergelangan tangan untuk melihat apakah posisi mempengaruhi gejala. Selain itu, kekuatan genggaman tangan akan dibandingkan dengan tangan yang normal. Tes perasa dan raba di jari tangan akan dilakukan dengan fokus di jari manis dan kelingking. Pada umumnya, diagnosis cubital tunnel syndrome dapat ditegakkan hanya dengan pemeriksaan fisik.
Bila diperlukan, dokter akan mengajukan pemeriksaan penunjang seperti berikut ini.
– Tes konduksi saraf (nerve conduction study) dan perekaman aktivitas listrik (electromyogram/ EMG): melihat kualitas hantaran saraf ulnaris dan status otot lengan bawah yang berhubungan dengan aktivitas hantaran saraf ulnaris.
– Pemeriksaan sinar-X: untuk melihat tulang di siku, apakah ada artritis, struktur tulang siku lebih bengkok (cubitus valgus), patah tulang yang lama ataupun gejala sisa dislokasi siku yang dapat menjadi faktor risiko timbulnya cubital tunnel syndrome.
– Pemeriksaan pencitraan lanjutan seperti ultrasonografi (USG) atau magnetic resonance imaging (MRI) dapat dikerjakan bila pemeriksaan fisik dan sinar-x belum dapat menegakkan diagnosis atau terdapat kecurigaan penekanan saraf ulnaris karena sebab lain (misalnya ganglion).
Untuk penanganan pada pasien dengan cubital tunnel syndrome, dokter akan memberikan obat pereda inflamasi seperti non–steroidal inflammatory drugs (NSAID) untuk mengurangi nyeri dan inflamasi pada saraf ulnaris sambil menganjurkan pasien untuk menggunakan splint elbow (Gambar 6) untuk mempertahankan siku agar tidak terlipat. Dokter juga akan menganjurkan physical therapy (ulnar gliding exercise) setelah nyeri dapat terkontrol.
Jika keluhan tetap tidak membaik setelah dilakukan penanganan konservatif, pilihan terakhir adalah tindakan pembedahan berupa pembebasan jepitan (ulnar nerve decompression), yaitu dengan membebaskan saraf ulnaris dari terowongan nya (cubital tunnel). Pada beberapa kasus, tindakan pembedahan ini bisa dikerjakan dengan teknik minimal invasif atau endoskopi (endoscopic ulnar nerve decompression).