Pengobatan Batu Ginjal dan Batu Empedu, Apa Perbedaannya?

Batu ginjal dan batu empedu merupakan dua penyakit yang terjadi di dua organ dalam sistem ekskresi, yaitu ginjal dan empedu. Keduanya juga sama-sama disebabkan oleh penumpukan zat yang mengkristal seperti batu. Lalu apakah keduanya memerlukan metode pengobatan yang sama? Cari tahu jawaban lengkapnya dalam kelanjutan artikel ini.

Apa Itu Batu Ginjal?

Batu ginjal adalah massa padat serupa kristal yang terbentuk dari zat (seperti asam, mineral, dan garam) di dalam ginjal. Pemicu utamanya adalah pola makan tinggi natrium, oksalat, atau protein hewani. Batu ginjal dapat berukuran sekecil butiran pasir atau, pada kasus yang jarang, lebih besar dari bola golf. 

Umumnya, batu ginjal berukuran kecil bisa keluar bersamaan dengan urine tanpa gejala apa pun. Sementara itu, batu ginjal berukuran lebih besar sering terperangkap dalam ureter, yaitu saluran yang mengalirkan urine dari ginjal ke kandung kemih, membuat urine naik kembali ke ureter dan membatasi kemampuan ginjal menyaring limbah dari tubuh.

Gejala Batu Ginjal

Menurut statistik, 1 dari 10 orang akan memiliki batu ginjal selama hidupnya. Adapun kelompok usia yang paling banyak mengalami kondisi ini adalah laki-laki berusia 30 dan 40 tahunan. Gejala paling umum dari batu ginjal adalah rasa sakit di punggung bawah, perut, atau samping (nyeri panggul) yang mungkin juga terasa seperti menjalar dari pangkal paha ke sisi tubuh yang lain.

Gejala lain dari batu ginjal meliputi:

  • mual dan muntah,
  • kencing berdarah,
  • nyeri saat buang air kecil,
  • tidak mampu atau sulit buang air kecil,
  • terus merasa ingin buang air kecil dalam jumlah banyak,
  • demam atau menggigil, dan
  • urine berwarna keruh atau berbau tidak sedap.

Apa Itu Batu Empedu?

Batu empedu adalah endapan empedu, yaitu cairan berwarna kuning kehijauan yang diproduksi oleh hati, yang mengeras seperti kristal di dalam kantung empedu. Pengkristalan ini dapat disebabkan oleh konsumsi lemak dan kolesterol dalam jumlah yang tinggi.

Batu empedu yang terbentuk dalam kantung empedu mungkin berjumlah satu atau beberapa buah sekaligus dalam satu waktu. Sementara ukurannya dapat sekecil butiran beras hingga sebesar bola golf. Umumnya, batu empedu tidak menyebabkan masalah pada penderitanya. Akan tetapi, batu empedu dapat berbahaya jika sampai naik ke saluran empedu dan tersangkut di salah satu organ.

Gejala Batu Empedu

Setidaknya, sepuluh persen orang dewasa di Amerika Serikat memiliki endapan batu empedu, dengan 75 persen di antaranya adalah perempuan. Namun, hanya 20 persen dari mereka yang dinyatakan memerlukan pengobatan lebih lanjut.

Gejala batu empedu biasanya akan terlihat ketika batu tersebut tersangkut dan menyebabkan penyumbatan. Penyumbatan inilah yang menimbulkan gejala, seperti:

  • nyeri perut bagian atas,
  • mual, 
  • berkeringat, 
  • demam, 
  • denyut jantung yang cepat,
  • perut bengkak dan nyeri,
  • kulit dan mata menguning, serta
  • urine berwarna gelap dan tinja berwarna terang.

Pengobatan Batu Ginjal vs Batu Empedu

Berdasarkan penjelasan di atas, terlihat bahwa batu ginjal memiliki gejala dan efek samping yang lebih parah dibandingkan dengan batu empedu. Secara garis besar, batu empedu memerlukan perawatan yang ekstra jika ukurannya cenderung besar, lokasinya mengganggu fungsi organ, serta kehadirannya menyebabkan infeksi.

Berikut adalah beberapa prosedur pengobatan batu ginjal:

  • Litotripsi gelombang kejut. Penggunaan gelombang kejut akan memecah batu ginjal, sehingga batu dalam ukuran yang lebih kecil dan halus bisa keluar melalui saluran kemih dengan lebih mudah.
  • Uteroskopi. Utereskop, yaitu alat berbentuk tabung tipis dengan kamera, akan dimasukkan melalui uretra dan kandung kemih sampai ke ureter. Alat ini akan memecah batu ginjal, sehingga batu-batu kecil dapat keluar melalui saluran kemih bersama urine dengan lebih mudah.
  • Nefrolitotomi perkutan. Prosedur bedah invasif minimal untuk mengangkat batu ginjal besar atau sulit dijangkau dengan metode lainnya. Prosedur ini dilakukan dengan cara membuat sayatan kecil di punggung untuk memberi akses selang pemecah batu ginjal ke dalam organ ginjal.

Sementara itu, pengobatan batu empedu hanya terdiri dari dua cara, yaitu:

  • Pemberian obat-obatan. Dokter akan meresepkan obat-obatan untuk melarutkan batu empedu. Proses ini biasanya memerlukan waktu bulanan atau bahkan tahunan, namun tidak dapat menjadi solusi permanen. Pasalnya, batu empedu dapat muncul kembali dalam kantung empedu.
  • Bedah laparoskopi. Prosedur bedah invasif minimal menggunakan laparoskop, yaitu batang teleskopik tipis dengan kamera di ujungnya, yang dimasukkan lewat sayatan kecil di kulit dekat pusar atau di bawah tulang rusuk. Alat berupa tabung gas akan digunakan untuk memompa dan menciptakan ‘ruang’ di sekitar kantung empedu agar memudahkan laparoskop mengangkat kantung empedu. Pengangkatan kantung empedu (kolesistektomi) adalah solusi permanen untuk permasalahan batu empedu. 

Demikianlah ulasan mengenai batu ginjal dan batu empedu, serta perbedaan pada metode pengobatannya. Rumah Sakit St. Carolus memiliki layanan unggulan St. Carolus Digestive Center, yaitu pusat layanan komprehensif untuk pasien dengan penyakit di sistem saluran cerna, hati, dan pankreas. Pusat Digestif St. Carolus melayani pelayanan diagnostik dan terapi, termasuk laparoskopi kolesistektomi untuk mengangkat kantung empedu, yang dilakukan oleh tim ahli berpengalaman.

Share

Kategori

Layer_1(11)
Reservasi
 

You cannot copy content of this page

Scroll to Top