LANSIA atau keluarga lansia menganggap keluhan mudah terjatuh, gangguan gizi, susah tidur, mengompol, mudah lupa, sistem kekebalan tubuh rendah/rentan terinfeksi penyakit, dan tirah baring (imobilisasi) merupakan keluhan lansia yang wajar, padahal keluhan tersebut adalah "monster"nya Geriatri atau Giant Geriatric Syndromes. Jika tidak ditangani, keluhan ringan akan bertambah berat seperti fenomena bola salju dan sangat memengaruhi aktivitas keseharian.
1. Gangguan keseimbangan dan jatuh (instabilitas postural)
Pada lansia, untuk mempertahankan kestablian posisi tubuh paling sederhana saja seperti duduk ke berdiri dapat menjadi masalah sulit. Rasa nyeri/kaku/bengkak di kaki dan lutut menghambat gerakan tubuh, penyebabnya dapat karena penyakit rematik sendi, berkurangnya kepadatan tulang penyangga tubuh (osteoporosis), gangguan saraf perasa (sensorik), cacat pascastroke/cedera, gangguan peredaran pembuluh balik tungkai (varises), gangguan alat pengatur keseimbangan di telinga atau otak keciI, pusing karena gangguan irama jantung atau hipotensi, gangguan penglihatan dan pikun (demensia). Komplikasi instabilitas postur tubuh paling sering menimbulkan jatuh dan patah tulang pada lansia.
Penanganan lansia yang terjatuh tidak sebatas pada cederanya, tetapi identifikasi yang tepat terhadap penyebab jatuh pada lansia sangat penting untuk mencegah kejadian jatuh berulang.
Pemeriksaan berkala yang dianjurkan seperti tes keseimbangan, kekuatan otot, pemeriksaan saraf sensorik, pemeriksaan mata, telinga, pengukuran tekanan darah 3 posisi dari posisi, EKG (perekam irama jantung), skrining demensia, kadar gula darah termasuk kadar HbA1c pada penderita diabetes. Komunikasikan dengan dokter dan sebutkan semua jenis obat yang dikonsumsi termasuk herbal, suplemen, dan obat tidur untuk mengetahui apakah obat/interaksi obat tersebut sebagai faktor pencetus. Contohnya : obat antihipertensi dan pembesaran prostat mempunyai efek menurunkan tekanan darah sehingga perlu dilakukan penyesuaian dosis oleh dokter. Tes kepadatan tulang (BMD) dan kadar vitamin D darah sebaiknya dilakukan sekali sebelum memasuki usia 60 tahun terutama pada individu yang mengonsumsi obat steroid jangka lama untuk mengontrol asma, gangguan kelenjar tiroid, dan menopause dini karena lebih rentan dengan tulang keropos. Asupan vitamin D dan kalsium bermanfaat untuk mencegah osteoporosis dan kejadian terjatuh pada lansia dengan kadar vitamin D rendah.
Pencegahan adalah terbaik. Penelitian menunjukkan olahraga fisik rutin seperti berjalan kaki setiap hari 30 menit selama 5 hari seminggu sangat efektif untuk mencegah penyakit kardiovaskuler, menguatkan tulang dan otot, mencegah depresi, serta meningkatkan sistem imunitas tubuh. Lansia juga dianjurkan melakukan latihan kekuatan otot dengan bersepeda/naik tangga, latihan keseimbangan contohnya berdiri dengan satu kaki, berjalan mundur, dan latihan kelenturan tubuh dengan yoga atau stretching.
Kami harap Anda sehat senantiasa.