NYERI merupakan keluhan utama terbanyak yang membawa pasien datang ke dokter. Nyeri sendiri bukan suatu penyakit, melainkan merupakan sinyal bahwa tubuh kita mengalami sesuatu yang harus dicari penyebabnya dengan baik karena bisa jadi merupakan suatu keadaan yang mengancam. Keluhan nyeri juga dapat menyebabkan keluhan seperti mual, pusing, lemas, dan bahkan bisa menyebabkan gangguan emosi.
Nyeri dapat memengaruhi kualitas hidup penderita. Baik langsung seperti menurunnya kemampuan bekerja, menurunnya kekuatan fisik yang akan menimbulkan masalah sosial ekonomi (pengeluaran biaya berobat, menurunnya hubungan dengan pasangan), dan masalah psikologis (depresi dan kecemasan).
Pembagian nyeri bermacam-macam. Berdasarkan lama nyeri diderita, dibedakan menjadi nyeri akut, yaitu nyeri yang diderita sampai dengan tujuh hari dan lebih dari itu disebut nyeri kronik. Berdasarkan patofisiolginya nyeri dapat dibedakan menjadi, pertama, nyeri inflamasi/nosiseptif, yaitu nyeri yang disebabkan oleh karena kerusakan jaringan, misalnya nyeri akibat patah tulang, cedera otot. Kedua, nyeri neuropatik, yaitu nyeri yang disebabkan oleh karena kerusakan saraf baik sentral maupun perifer. Contoh yang paling sering adalah nyeri neuralgia pasca herpetika, neuropati diabetes, nyeri pasca stroke. Ketiga, nyeri idiopatik/psikogenik, yaitu nyeri yang letak anatomi dan lokasinya tidak jelas atau yang berkaitan dengan faktor psikologis.
Karena nyeri bersifat sangat kompleks, terapi nyeri biasanya bersifat multimodal dan melibatkan multidisiplin ilmu meliputi terapi dengan obat- obatan, terapi intervensi, pembedahan, rehabilitasi medik, psikiatri, gizi, maupun terapi akupunktur medik.
Belakangan ini terapi akupunktur medik mulai banyak dikembangkan, di antaranya akupunktur analgesia untuk penatalaksanaan nyeri. Akupunktur medik merupakan bagian dari ilmu kedokteran fisik yaitu suatu modalitas terapi dengan jarum halus untuk merangsang titik-titik tertentu di tubuh (titik akupunktur) yang merupakan adaptasi dari akupunktur tradisional China dengan menggunakan pengetahuan anatomi, fisiologi, dan patologi serta berpedoman kepada pemanfaatan bukti mutakhir dari penelitian yang sahih (Evidence-Based Medicine) dalam tata laksana pasien.
Akupunktur telah terbukti secara ilmiah efektif mengatasi nyeri. Misalnya, nyeri wajah pada neuralgia trigeminal, nyeri punggung bawah, nyeri leher, nyeri haid, nyeri pasca-infeksi herpes, maupun nyeri kronik pada kasus keganasan. Mekanisme kerja akupunktur dalam mengatasi nyeri adalah melalui penglepasan berbagai senyawa kimiawi dalam tubuh di tingkat lokal yang selanjutnya akan menstimulasi penglepasan neurotransmiter di tingkat segmental di medula spinalis dan sistem saraf pusat di otak untuk mengeluarkan zat opioid endogen, yaitu beta endorfin yang merupakan senyawa kimiawi yang diproduksi oleh tubuh sendiri dan berperan penting dalam mengurangi rasa nyeri.
Beberapa intervensi dalam terapi akupunktur, di antaranya akupunktur manual (perangsangan menggunakan jarum pada titik akupunktur), elektroakupunktur (perangsangan listrik pada titik akupunktur), akupunktur termal (perangsangan panas pada titik akupunktur), sonopunktur (perangsangan menggunakan gelombang ultrasound pada titik akupunktur), akuapunktur (perangsangan dengan menyuntikkan cairan pada titik akupunktur), laserpunktur (perangsangan menggunakan sinar LASER pada titik akupunktur), cat-gut embedding/akupunktur tanam benang (menanamkan benang cat-gut pada titik akupunktur).
Akupunktur umumnya dilakukan 2–3 kali per minggu tergantung keadaan penyakitnya sampai mencapai hasil yang diharapkan. Satu seri pengobatan terdiri atas 10–12 kali dan bila diperlukan dapat dilanjutkan dengan seri berikutnya dengan interval antarseri berkisar 1–2 minggu.
Semoga Anda dan keluarga sehat dan terbebas dari rasa nyeri senantiasa.