Cedera Siku dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan sendi siku dalam menjalankan fungsi normalnya. Cedera siku dapat terjadi sebagai akibat dari penggunaan yang terus-menerus dan berulang sehingga membuat bagian siku kurang mendapatkan waktu jeda istirahat dan menyebabkan kerusakan pada sendi siku. Cedera siku ini seringkali berhubungan dengan pekerjaan tertentu misalnya pada atlet yang sering melakukan aktivitas cabang olahraga melempar seperti atlet baseball, softball, tennis, bowling, dan sebagainya.
Free Photo | Studio shot of elderly man wearing white sleeveless t shirt and head band (freepik.com)
Siku terdiri dari beberapa bagian, yaitu persambungan dari satu tulang lengan atas (humerus), dua tulang lengan bawah (radius dan ulna), ligamen, tendon, otot, pembuluh darah dan saraf. Cedera yang sering terjadi adalah pada sisi dalam siku, karena seperti atlet pelempar yang cenderung melakukan gerakan melempar dalam kecepatan tinggi dan tenaga yang besar secara berulang kali yang terfokus pada siku sisi bagian dalam. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui apa saja jenis cedera siku, tanda-tanda cedera siku, dan apa yang harus dilakukan untuk mencegah dan menangani cedera siku.
Penyakit yang sering terjadi sebagai akibat dari cedera siku yaitu:
- Flexor tendinitis, yaitu suatu peradangan pada tendon flexor di bagian dalam siku sebagai akibat dari iritasi berulang. Penyakit ini dapat menyebabkan rasa nyeri pada siku bagian dalam ketika sedang melempar, bahkan jika cedera sudah berlanjut, nyeri juga dapat dirasakan pada saat tidak beraktivitas.
- Cedera ligamen Ulnar collateral. Cedera ini sering terjadi sebagai akibat dari adanya robekan pada ligament tersebut akibat Gerakan melempar dengan daya yang besar dan terus menerus. Â Cedera ligamen ulnar collateral dapat menyebabkan peradangan dan rasa nyeri pada siku bagian dalam hingga membuat para atlet mengurangi kecepatan lemparannya seiring dengan waktu.
- Sindrom valgus extension overload. Keadaan ini disebabkan karena beban gaya lemparan yang berlebih pada sendi siku hingga menyebabkan terpelintir dan terbenturnnya tulang  tulang pada siku sehingga menyebabkan kerusakan pada sendi siku. Hal ini juga dapat menyebabkan pembengkakan pada siku dan rasa nyeri ketika meluruskan lengan secara maksimal.
- Olecranon stress fractureyang terjadi sebagai akibat dari ketidakmampuan dalam menyerap dan meredam gaya lemparan yang sangat kuat dan terus menerus hingga menyebabkan kerusakan pada tulang dalam siku.
- Ulnar neuritis, dimana terjadi iritasi pada saraf ulnaris akibat gerakan lemparan terus menerus. Pasien bisa merasakan gejala seperti kesetrum, kesemutan, baal, hingga rasa nyeri yang berulang bahkan pada saat beristirahat.
Oleh karena itu, apabila anda maupun orang terdekat anda mulai merasakan gejala-gejala seperti diatas, terlebih apabila anda memang memiliki riwayat gerakan melempar yang berulang akhir-akhir ini sebelum merasakan gejala tersebut, maka segeralah periksakan kepada dokter spesialis ortopedi. Dokter biasanya akan menggali informasi lebih lanjut terkait riwayat penyakit anda kemudian menganalisanya lebih dalam. Setelah itu akan dilakukan pemeriksaan fisik untuk menilai bentuk, ruang gerak, kekuatan, stabilitas, dan rasa nyeri pada sendi siku dengan melakukan berbagai manuver dan tes pemeriksaan. Melalui pemeriksaan fisik ini, dokter akan menetukan apakah perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. Apabila diperlukan pemeriksaan lebih lanjut, maka pemeriksaan lanjutan yang dapat dilakukan adalah seperti foto rontgen pada siku, CT Scan, maupun MRI.
Penatalaksanaan nonbedah atau konservatif adalah pilihan pertama dari penanganan cedera siku. Di antaranya, adalah dengan terapi fisik, kompres es, pengobatan antinyeri seperti ibuprofen dan obat radang lainnya untuk mengurangi bengkak dan nyeri.
Pembedahan dilakukan apabila tidak ada perbaikan gejala setelah tatalaksana nonbedah. Pilihan terapi operasi salah satunya adalah dengan pembedahan minimal invasif yaitu dengan arthroscopy, dimana dilakukan sayatan yang lebih kecil lalu dokter bedah akan melakukan pengintipan sendi siku dengan kamera. Selain itu, ada pula rekonstruksi jaringan penyambung antar tulang yang rusak, serta pemindahan saraf ulnaris pada siku ke bagian depan untuk mengurangi resiko iritasi akibat penekukan siku yang berlebih.
Jika terapi konservatif berhasil, maka biasanya pasien dapat beraktivitas kembali dalam 6 sampai 9 minggu kemudian. Tetapi apabila diperlukan pembedahan dan terapi operatif berhasil, maka waktu pemulihan dapat berlangsung hingga 6 sampai 9 bulan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kesehatan siku dan menghindari berbagai faktor risiko cedera siku seperti beraktivitas fisik yang cukup dan tidak berlebih, sering melatih pergerakan siku, menghindari gerakan melempar yang terlalu berlebihan, dan sering mengistirahatkan siku.
Salam sehat bagi kita semua!
 Dr. Erica Kholinne, SpOT(K), PhD dan Jason Avizkan, S.Ked