Corporate Social Responsibility
Operasi Bibir Sumbing
RS St. Carolus telah bekerja sama dengan Smile Train sejak tahun 2008 sampai sekarang, melayani lebih dari 500 pasien tidak mampu. Syarat minimal yang diperlukan adalah surat keterangan tidak mampu dan pasien dalam keadaan sehat sebelum menjalani operasi.
Syarat medis lainnya ditentukan oleh dokter spesialis bedah plastik yang sudah sangat berpengalaman di rumah sakit kami yaitu Dr. Teddy, OHP, Sp. BP dan dr. Irinawati, Sp.BP, didukung oleh tim medis lainnya (dokter anak, dokter anestesi, staf keperawatan). Tak hanya membantu operasi saja, Smile Train juga mendukung program – program peningkatan kemampuan seluruh sumber daya manusia serta faktor pendukung lain. Manajemen RS St. Carolus berharap kerjasama yang baik dengan Smile Train dapat ditingkatkan dan berlanjut terus, karena selaras dengan visi dan misi RS St. Carolus yang hampir menginjak usia ke-100 tahun.
Smile Train merupakan suatu organisasi yang berkantor pusat di Amerika Serikat dan memiliki cabang di berbagai negara berkembang, salah satunya di Indonesia. Organisasi ini bergerak dalam bidang kemanusiaan yang membantu mengurangi angka kelainan deformitas pada bagian bibir, langit-langit, serta bibir dan langit yang selalu kita dengar seperti sumbing. Organisasi mendukung dengan pendanaan pelaksanaan operasi secara gratis.
Operasi Katarak
Bakti Sosial Operasi Katarak dalam Rangka 105 Tahun Rumah Sakit St. Carolus Salemba dan 165 Tahun Sekolah Santa Ursula
Bakti Sosial (Baksos) Operasi Katarak terselenggara pada 28 Januari 2024 di Rumah Sakit St. Carolus, Salemba, Jakarta. Baksos Operasi Katarak terlaksana dengan adanya kerja sama Rumah Sakit St. Carolus, Sekolah Santa Ursula dan Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami). Bakti sosial ini merupakan rangkaian acara peringatan 105 Tahun Rumah Sakit St. Carolus dan 165 tahun berdirinya Sekolah Santa Ursula dengan menyasar kepada masyarakat kurang beruntung dan tenaga pendidik.
Penyakit katarak merupakan penyakit akibat kekeruhan pada lensa mata dan berpotensi mengakibatkan kebutaan, umumnya katarak terjadi karena faktor usia. Berdasarkan website Kemenkes – Ditjen Pelayanan Kesehatan, di Indonesia sendiri, terdapat sekitar 8 juta penduduk (dengan populasi masyarakat tahun 2017) yang mengalami gangguan penglihatan sedang hingga berat dan 1,6 juta penduduk mengalami kebutaan.Penyebab utama kebutaan di Indonesia adalah katarak sebesar 81,2%. Sebanyak >80% dari seluruh kasus kebutaan dapat dicegah.
Baksos Operasi Katarak ini dimulai dengan pendaftaran melalui link yang disebarkan di media sosial dan whatsapp group pada 21 Januari 2024. Pendaftar sebanyak 217 orang dan mengoperasi 109 orang penderita katarak setelah lolos pertimbangan dari panitia penyelenggara. Setelah operasi, para pasien harus kontrol paska operasi dua kali, pada tanggal 29 Januari dan 4 Februari 2024. Program ini terbuka bagi masyarakat pemilik SKTM (Surat Keterangan Tidak Mampu).
dr. Ivanna Theresa Setijanto, Sp.OG., MPH, Direktur Medik RS St. Carolus Jakarta menyatakan, “Kami menyambut baik kerja sama dengan Sekolah Santa Ursula dan berterima kasih karena dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan Bakti Sosial Operasi Katarak kali ini, yang mana acara ini bertepatan juga dengan Ulang Tahun RS St. Carolus Jakarta yang ke – 105 tahun. Untuk Bakti Sosial kali ini, RS St. Carolus bersama dengan Perdami DKI Jakarta menyediakan fasilitas, layanan dan tenaga medis. Hari ini adalah pelaksanaan tindakan operasi. Setelah operasi, Edukasi mengenai katarak dan perawatan mata paska operasi juga kami lakukan kepada para peserta Baksos sehingga pasien dan pendamping lebih mengetahui dan memahami. Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan dampak positif bagi peserta dan kita semua yang sudah terlibat di dalam acara ini.”
Dr. Rita Polana, Sp.M, Seksi Penanggulangan Buta Katarak (SPBK) Perdami (Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia) DKI Jakarta, menjelaskan, “Orang dengan katarak, treatment-nya cukup efektif kalau dia dioperasi dan tidak ada komplikasi lain, dan kemungkinan mereka bisa melihat kembali itu sangat besar. Gangguan penglihatan tidak hanya berpengaruh kepada penglihatan tetapi berpengaruh kepada seluruh aspek kehidupan penderitanya dan akan menentukan kualitas hidup orang yang menderitanya.”
Sr. Moekti K. Gondosasmito OSU, Ketua III Yayasan Satya Bhakti, yayasan yang menaungi sekolah Santa Ursula mengatakan dalam sambutannya, “Acara Bakti Sosial ini merupakan salah satu penerapan langsung prinsip ‘Serviam’, yang berarti ‘Saya Mengabdi’, yang dianut oleh komunitas sekolah Ursulin. Saya berterima kasih kepada para alumni Santa Ursula yang tergabung dalam Inisanurposta atas kepeduliannya kepada masyarakat. Kami berharap semoga kegiatan Operasi Katarak ini, dapat membawa pencerahan bagi masyarakat yang tersentuh, karena mata merupakan indra yang sangat vital bagi manusia, Sehingga semoga bisa mengubah kehidupan mereka menjadi lebih baik.”
RS St. Carolus sebagai lembaga pelayanan kesehatan melihat kondisi ini tergerak untuk ikut ambil bagian mengatasi masalah ini. Kesungguhan pihak manajemen RS St Carolus diwujudkan dengan membentuk Tim Bakti Sosial Katarak RS St Carolus, yang terdiri dari seluruh dokter spesialis mata RS St Carolus dan dibantu paramedis dan non medis. Karena itu sejak tahun 2007, sebagai salah satu wujud Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility atau CSR) bekerjasama dengan PERDAMI JAYA dan menggandeng beberapa pihak , RS St. Carolus mengadakan operasi katarak gratis untuk warga yang kurang mampu.
Bakti sosial operasi katarak meliputi 3 tahapan , yaitu skrining pasien, operasi katarak dan follow up. Skrining pasien adalah tahap pemeriksaan awal pasien untuk menegakkan diagnosis katarak dan menyingkirkan kondisi penyakit lain yang bisa menjadi penyulit saat operasi katarak. Selain itu juga pasien adalah yang benar-benar warga tidak mampu, yang dibuktikan dengan surat keterangan dari RT/RW atau pihak terkait. Tahap 2 adalah operasi, dilakukan di Ruang operasi RS St. Carolus dengan standar operasi sesuai ketentuan PERDAMI dilakukan oleh dokter spesialis mata RS St Carolus dan beberapa dokter tamu anggota PERDAMI. Tahap 3 adalah follow up setelah operasi, yaitu pemeriksaan pasien post operasi yang dilakukan oleh dokter spesialis mata dan dibantu tim baksos, untuk melihat adakah komplikasi pasca operasi. Follow up dilakukan 3 kail, yaitu hari 1, 1 minggu dan 3 minggu pasca operasi. Setiap follow up, pasien akan diberi obat tetes mata. Seluruh tahapan adalah gratis.